Di tengah hiruk pikuk kota Surabaya, berdirilah sebuah “rumah kos” sederhana tempat sekelompok mahasiswa tinggal. Rumah itu menjadi tempat berbincang-bincang dan sesi belajar larut malam. Namun, rumor baru-baru ini tentang Tuyul yang nakal—roh kecil nakal yang dikenal suka mencuri uang—mulai beredar, membuat penghuninya takut sekaligus terhibur.
Di antara penghuninya ada Andi, mahasiswa teknik yang tekun; Lila, penggemar drama; dan Bima, musisi yang santai. Mereka telah mendengar kisah-kisah tentang Tuyul tetapi menganggapnya sebagai takhayul belaka hingga kejadian aneh mulai mengganggu rutinitas mereka yang damai.
Suatu malam, setelah sesi belajar yang sangat melelahkan, Andi menyadari dompetnya hilang. Dia mencari ke mana-mana, rasa frustrasinya bertambah setiap kali laci kosong dibuka. Lila dan Bima, yang awalnya skeptis, menawarkan bantuan. Saat mereka menyisir rumah, mereka menemukan serangkaian petunjuk aneh: jejak kaki kecil yang mengarah ke dapur dan toples kue yang mencurigakan.
Bima, yang selalu suka bercanda, menyindir, “Sepertinya pencuri kita suka makanan manis!” Ketiganya tertawa, meskipun sedikit rasa tidak nyaman masih ada. Bertekad untuk menangkap pelakunya, mereka memutuskan untuk memasang perangkap menggunakan seutas tali dan sepiring kecil kue, dengan harapan dapat menangkap roh jahat itu saat beraksi.
Saat malam tiba, mereka bersembunyi di balik sofa, mengintip dengan napas tertahan. Sekitar tengah malam, suara cekikikan pelan memenuhi ruangan, diikuti dentingan piring. Mata para siswa terbelalak kaget saat sosok kecil yang samar-samar muncul dari kegelapan, kulitnya yang kehijauan bersinar samar. Itu adalah Tuyul, dan ia sedang sibuk melahap kue.
Lila, mencoba menahan tawanya, berbisik, “Aku tidak percaya ia mencuri kue! Kupikir ia mengincar uang!” Andi, meskipun lega telah menemukan pelakunya, masih kesal dengan pencurian dompetnya. Mereka menyaksikan si Tuyul, yang benar-benar asyik dengan kue-kuenya, tidak menyadari jebakan yang dipasang di depannya.
Tiba-tiba, si Tuyul tersandung tali, menyebabkan piring itu jatuh keras ke lantai. Terkejut, roh itu bangkit berdiri, kue-kue masih tergenggam di tangan mungilnya. Bima, yang berusaha menahan tawanya, secara tidak sengaja menjatuhkan setumpuk buku, yang membuat ruangan itu berdenting keras.
Suara itu semakin mengagetkan si Tuyul. Ia berlari dengan panik, mencoba bersembunyi di balik tanaman pot, tetapi malah menjatuhkannya dan tubuhnya berlumuran tanah. Pemandangan si Tuyul, yang berlumuran remah-remah kue dan tanah, menggelikan sekaligus menggemaskan. Lila, yang tidak dapat menahan diri, tertawa terbahak-bahak, suaranya bergema di seluruh rumah.
Menyadari bahwa mereka tidak punya alasan untuk takut kepada roh kecil itu, Andi melangkah maju dan berkata, “Baiklah, Tuyul, jika kamu butuh kue, minta saja. Kami di sini bukan untuk berkelahi denganmu!” Si Tuyul, yang awalnya terkejut, tampak tenang, matanya yang lebar berkedip karena terkejut.
Andi, Lila, dan Bima memutuskan untuk mengambil pendekatan yang berbeda. Mereka meletakkan sepiring kecil kue di meja dapur dan meletakkan catatan yang bertuliskan, “Untuk si Tuyul—tolong kembalikan barang-barang kami!” Keesokan paginya, mereka disambut dengan pemandangan yang tidak terduga: si Tuyul tidak hanya mengembalikan dompet Andi tetapi juga meninggalkan catatan terlipat rapi yang bertuliskan, “Maaf atas masalah ini. Selamat menikmati kue-kuenya!”
Sejak saat itu, si Tuyul menjadi bagian yang tidak biasa tetapi agak menawan dalam kehidupan mereka. Kadang-kadang, si Tuyul meninggalkan hadiah kecil sebagai ganti kue, dan para siswa menjadi terbiasa dengan kejenakaan aneh tetapi tidak berbahaya dari teman serumah gaib mereka. Mereka bahkan menyiapkan sudut kecil di dapur dengan makanan ringan khusus untuk tamu nakal mereka.
Kisah Tuyul dan murid-murid Rumah Kos di Surabaya menjadi favorit para penghuni, kisah tentang persahabatan tak terduga yang lahir dari serangkaian pertemuan lucu.
Andi, Lila, dan Bima belajar bahwa terkadang, bahkan roh yang paling mengganggu pun dapat ditenangkan dengan sedikit pengertian dan banyak tawa, mengubah situasi yang meresahkan menjadi sumber kegembiraan dan persahabatan.
Melon38, Satu cerita dari seribu kisah kehidupan